Gangguan kesehatan yang seringkali menganggu ibu hamil adalah anemia.
Anemia pada ibu hamil terjadi karena adanya peningkatan jumlah plasma
dan eritrosit. Peningkatan plasma sebanyak tiga kali pada jumlah
eritrosit akan menyebabkan penurunan perbandingan hemoglobin-hematokrit
sehingga akan meningkatkan risiko anemia fisiologis pada saat hamil.
Meskipun pada saat hamil anemia fisiologis termasuk dalam keadaan yang
normal.
Ibu hamil dideteksi mengalami anemia apabila ditemukan
kadar Hb kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan ketiga
kehamilan. Selain itu pada trimester kedua kadar Hb kurang dari 10,5
gr/dl. Sedangkan pada ibu hamil yang mengalami anemia karena penyebabnya
adalah produksi hemoglobin dimana ditemukan adanya defisiensi nutrisi
atau produksi rantai hemoglobin.
Ibu hamil adalah golongan
terbesar mengalami anemia. Ditemukan 56% mengalami anemia pada saat
hamil. Penyebab anemia pada ibu hamil diantaranya adalah produksi rantai
hemoglobin karena adanya penyakit tertentu atau mengalami gangguan
produksi hemoglobin karena kurangnya zat besi, asam folat ataupun
vitamin B12.
Pada kondisi tertentu ibu hamil dapat mengalami
anemia karena terjadinya pendarahan, infeksi parasit, kegagalan sumsum
tulang atau penyakit tertentu lainnya. Dengan demikian penyebab anemia
pada ibu hamil berbeda-beda sehingga apabila ditarik kesimpulan dari
faktor penyebab anemia pada ibu hamil. Anemia dibedakan menjadi anemia
defisiensi besi, anemia hipoplastik, anemia megaloblastik dan anemia
hemolitik. Untuk mengetahui anemia yang dialami ibu hail diperlukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jumlah eritrosit, eletroforesa
Hb, jumlah retikulosit dan kadar besi serum.
Berikut ini adalah jenis anemia yang terjadi selama kehamilan diantaranya:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Kondisi
anemia yang terjadi ketika tubuh mengalami kekurangan zat besi sehingga
hemoglobin tidak mencukupi. Padahal hemoglobin merupakan salah satu
protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dan paru paru ke
tubuh. Pada ibu hamil yang menderita defisiensi zat besi oksigen tidak
terikat oleh darah secara cukup sehingga mengalami gangguan kekurangan
zat besi. Inilah kondisi yang paling umum yang terjadi pada ibu hamil.
2. Anemia Defisiensi Folat
Asam
folat masuk dalam kelompok vitamin B. Bahkan tubuh membutuhkan folat
dalam membentuk sel sel baru bahkan sel darah merah yang sehat. Pada
saat ibu hamil dibutuhkan folat tambahan. Kekurangan folat pada ibu hail
akan menyebabkan kondisi tubuh tidak dapat membuat sel darah merah yang
cukup untuk menyangkut oksigen ke seluruh tubuh. Bahkan kekurangan
folat bisa meningkatkan risiko cacar lahir.
3. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Pada
tubuh yang membentuk sel darah merah yang sehat maka dibutuhkan vitamin
B12. Ibu hamil tidak hanya mencukupi kebutuhan vitamin B12 dari makanan
saja melainkan harus mendapatkan tambahan. Apalagi untuk ibu hamil yang
tidak menyukai sumber vitamin B12 yaitu daging unggas, susu dan telur
akan kesulitan mencukupi kebutuhan vitamin B12. Konsultasikan dengan
dokter untuk mengurangi kekurangan vitamin B12 pada tubuh ibu hamil.
Dampak Anemia pada ibu dan janin
Anemia
yang terjadi karena kekurangan zat besi yang tidak ditangani maka dapat
meningkatkan risiko seperti bayi prematur atau mengalami berat badan
yang rendah saat lahir. Sedangkan pada ibu hamil akan mengalami
kehilangan sejumlah besar darah pada saat persalinan dan mengalami
depresi setelah melahirkan.
Sedangkan risiko anemia pada kehamilan
yang disebabkan karena defisiensi folat maka dapat meningkatkan risiko
bayi lahir prematur atau mengalami berat badan yang rendah dan juga bayi
mengalami cacat lahir yang serius pada otak dan tulang belakang.
Begitu
juga dengan anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 akan
berdampak pada perkembangan janin. Pada ibu yang mengalami anemia
kekurangan vitamin B12 maka akan meningkatkan risiko melahirkan bayi
dengan cacat tabung saraf.
Maka dapat disimpulkan dampak anemia
pada ibu dan janin diantaranya dapat menyebabkan keguguran, pendarahan,
mengalami depresi setelah melahirkan, infeksi tang berhubungan dengan
intrapartum dan postpartum. Bahkan anemia yang sangat berat ditandai
dengan Hb dibawah 4 gr akan menyebabkan gangguan jantung bahkan hingga
berampak gangguan pada kehamilan dan persalianan.
Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Ibu Hamil
Pencegahan
ibu hamil dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan zat besi. Selain
itu dengan makanan yang seimbang perlu menjadi menu untuk ibu hamil.
Makanan yang kaya akan zat besi diantaranya adalah daging merah, sayuran
berdaun hijau, sereal dengan kandungan zat besi yang dibutuhkan tubuh,
kacang-kacangan dan telur. Selain itu dukung juga dengan vitamin C yang
baik untuk dapat menyerap lebih banyak zat besi.
Sedangkan untuk
pengobatan ibu hamil yang mengalami anemia sebaiknya dikonsultasikan
dengan dokter. Konsumsi suplemen zat besi dan asam folat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Bahkan dokter atau bidan akan menyarankan anda untuk
menambah dengan mengkonsumsi makanan dengan kandungan asam folat dan zat
besi yang lebih banyak. Pada ibu hamil yang mengalami anemia akan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu untuk
mengontrol kesehatan ibu dan janin.
Pemeriksaan ibu hamil untuk
mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak dapat dengan melakukan
pemeriksaan dokter. Pemeriksaan Hemoglobin yang dapat mengukur jumlah
hemoglobin sehingga protein zat besi dapat membawa oksigen ke seluruh
tubuh. Kemudian dilakukan pemeriksaan hematokrit yang dapat mengukur
presentase sel darah merah pada sampel darah.
Dengan demikian
anemia pada ibu hamil tidak boleh dianggap sepele meskipun pada dasarnya
ibu hamil akan mengalami anemia ringan atau berat. Bahkan apabila
ditelusuri jenis anemia pada ibu hamil berbeda beda ada yang disebabkan
karena kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada masing
masing anemia harus dilakukan pengobatan dan pencegahan yang berbeda dan
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis anemia
yang dialami oleh ibu hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar